Jumat, 05 Juli 2013

Learning disfunction 2.1. Pengertian Learning disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan oleh siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya sub-normalitas mental, gangguan alat indra, atau gangguan psikologis lainnya. Contohnya, siswa yang memiliki postur yang tinggi, aletis, dan sangat cocok menjadi atlet sepak bola, namun karena tidak pernah dilatih bermain sepak bola, maka dia tidak dapat menguasai permainan sepak bola dengan baik. Gangguan belajar ini berupa gejala proses belajar yang tidak berfungsi dengan baik karena adanya gangguan syaraf otak sehingga terjadinya gangguan pada salah satu tahap dalam proses belajarnya. Kondisi semacam ini mengganggu kelancaran proses belajar secara keseluruhan. 2.2.Ciri-ciri Ciri-ciri tingkah laku yang merupakan manifiestasi dari kesulitan belajar dari Learning disfunction, antara lain: 1.Hasil belajar yang rendah, dibawah rata-rata dan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. 2.Lambat dalam melaksanakan tugas kegiatan belajar (akademik) dan perkembangan (development). 3.Menunjukkan sikap (personality), tingkah laku, cara pikir dan gejala emosional yang kurang wajar dalam proses belajar. 4.Tidak setara antara IQ dan prestasi atau antara prestasi kecakapan (kepandaian) dengan hasil perfect yang mestinya dicapai. 3 2.3.Gejala Beberapa peilaku yang merupakan manisfestasi gejala kesulitan belajar , antara lain: 1.Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompoknya atau dibawah potensi yang dimilikinya. 2.Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. Mungkin ada siswa yang sudah berusaha giat belajar, tapi nilai yang diperolehnya selalu rendah. 3.Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajarnya dan selalu tertinggal dari kawan-kawannya dari waktu yang disediakan. 4.Menunjukkan sikap-sikap yang tidak wajar, seperti: acuh tak acuh, menentang, berpura-pura, dusta dan sebagainya. 5.Menunjukkan perilaku yang berkelainan, seperti membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam atau pun di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar, dan sebagainya. 6.Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti: pemurung, mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu. Misalnya dalam menghadapi nilai rendah, tidak menunjukkan perasaan sedih atau menyesal, dan sebagainya. Sementara itu, Burton (Abin Syamsuddin. 2003) mengidentifikasi siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar, yang ditunjukkan oleh adanya kegagalan siswa dalam mencapai tujuan-tujuan belajar. Menurut dia bahwa siswa dikatakan gagal dalam belajar apabila : 1.Dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan materi (mastery level) minimal dalam pelajaran tertentu yang telah ditetapkan oleh guru (criterion reference). 2.Tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi semestinya, dilihat berdasarkan ukuran tingkat kemampuan, bakat, atau kecerdasan yang dimilikinya. Siswa ini dapat digolongkan ke dalam under achiever. 3.Tidak berhasil tingkat penguasaan materi (mastery level) yang diperlukan sebagai prasyarat bagi kelanjutan tingkat pelajaran berikutnya. Siswa ini dapat digolongkan ke dalam slow learner atau belum matang (immature), sehingga harus menjadi pengulang (repeater) 4 Untuk dapat menetapkan gejala kesulitan belajar dan menandai siswa yang mengalami kesulitan belajar, maka diperlukan kriteria sebagai batas atau patokan, sehingga dengan kriteria ini dapat ditetapkan batas dimana siswa dapat diperkirakan mengalami kesulitan belajar. Terdapat empat ukuran dapat menentukan kegagalan atau kemajuan belajar siswa: (1) tujuan pendidikan; (2) kedudukan dalam kelompok; (3) tingkat pencapaian hasil belajar dibandinngkan dengan potensi; dan (4) kepribadian. 2.4.Masalah Kesulitan belajar learning disfunction memiliki dampak pada beberapa aspek, seperti: i.Pendidikan Kesulitan belajar learning disfunction berdampak pada masalah pendidikan, yaitu: Adanya Masing-masing kasus dikenal sebagai anak yang pandai, memiliki pengetahuan umum yang luas, mudah dalam menangkap pelajaran dan cepat dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik yang diberikan, namun disisi lain disamping dikenal memiliki kegagalan khusus dalam membaca atau juga cenderungmemiliki sikap-sikap belajar yang kurang mendukung upaya pencapaian prestasi yang baik seperti: malas, menyepelekan tugas, cepat bosan, kurang memperhatikan pelajaran, akibatnya secara umum prestasinya rendah dibandingkan dengan potensi yang dimilikinya. ii.Penyesuaian sosial Secara sosial cenderung kurang mampu menjalin relasi sosial yang memuaskan dengan lingkungannya yang ditandai dengan gejala kurang kooperatif, pendiam, dan menarik diri. Dan mereka tidak dapat bersosialisasi dengan lingkungan secara baik. Iii.Emosional Secara psikologis memiliki kesenjangan yang cukup signifikan antara skor test kemampuan verbal dan performen, memiliki daya tangkap yang bagus, imajinatif tinggin, cepat dalam menyelesaikan persoalan tetapi cenderung hiperatif,emosional, terburu-buru, kurang pertimbangan, malas, mudah frustasi, serta menolak dengan berbagai alasan. 5 Kondisi neurologis (gangguan motorik) dan psikologis (gangguan persepsi atau konsentrasi) merupakan faktor dominan yang melatar belakangi munculnya kegagalan dalam penguasaan keterampilan dasar belajar anak yang memiliki kelebihan diatas rata-rata. Akibat kondisi tersebut anak kurang mampu menguasai keterampilan prasyarat belajar akademik yang dibutuhkan. Kondisi tersebut dapat berdiri sendiri-sendiri atau muncul sebagai rangkaian sebab akibat. Tak jarang masalah yang timbul dari learning disfunction pada aspek emosional, yaitu:       Tidak bisa mengontrol emosi dengan baik.       Tidak dapat mengelola emosi dengan baik.       Emosional yang tidak wajar, seperti: pemurung, mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu. Misalnya dalam menghadapi nilai rendah, tidak menunjukkan perasaan sedih atau menyesal, dan sebagainya.  iv.Ekonomi Masalah yang timbul dari learning disfunction pada aspek ekonomi adalah orang yang kesulitan belajar (learning disfunction) dibawah rata-rata dengan orang yang tidak mengalami kesulitan belajar. Karena kebanyakan orang yang mengalami learning disfunction jarang bisa menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat dan tepat. Tetapi tak jarang ekonomi orang learning disfunction ini dapat diatas rata-rata orang yang normal jika mereka maupun orang sekitar mereka mengetahui bakat mereka dan mendukung mereka.